Sabtu, 22 Oktober 2011

Design Award (Info)

Jogjakarta sebagai Daerah Tujuan Wisata pasti memiliki karakteristik, adapun karakteristik tersebut tidak terlepas dari budaya setempat. Sedangkan potensi yang bisa berkembang dari implikasi industri pariwisata bukan hal yang sepele, karena dengan banyaknya arus pendatang maka dengan sendirinya penyebaran informasi dari daerah ini (Jogja) akan makin meluas, yang sudah barang tentu akan berdampak pada pertumbuhan di sektor lain yang dipredikasikan pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat.
Pariwisata tidak terlepas dari kerajinan dan furniture, baik yang bernilai souvenir/gift/cindermata maupun yang setingkat industri kerajinan.
Bisa dianalogikan bahwa pendatang / wisatawan paling tidak akan membawa kenang-kenangan (cinderamata) dan yang paling penting mereka akan membawa pulang informasi tentang potensi yang ada di Yogyakarta. Dan sudah barang tentu hal ini merupakan peluang bagi para perajin untuk berus berkreativitas mengembangkan usahanya.
Dalam enam kali penyelenggaraan balemangu award telah diperoleh respon yang makin positif dari masyarakat, sehingga untuk yang ke 7 kali ini kami akan memperluas jangkauan dengan mempublikasikan secara nasional melalui networking seluruh dekranas di Indonesia. Dan juga jenis lomba makin mengerucut pada konsep peduli lingkungan yaitu dengan memfokuskan pada produk furnitur dan kerajinan yang telah menerapkan konsep ramah lingkungan.
Mengingat untuk masa yang akan datang produk ramah lingkungan akan menjadi tuntutan walaupun saat ini masih menjadi produk alternatif, oleh karena itu Dewan Kerajinan Nasional Daerah Istimewa Yogyakarta konsisten untuk mempersiapkan usaha kerajinan pada masa yang akan datang, yaitu dalam melakukan kegiatan selalu mengedukasi masyarakat akan pentingnya kepedulian terhadap lingkungan khususnya bagi produsen kerajinan dan juga mengajak konsumen untuk mau membeli dan menggunakan produk ramah lingkungan.
Dengan mengambil waktu pada penyelenggaraan Jogja Export Expo ke 16 tahun 2011, maka Dewan Kerajinan Nasional menyelenggarakan ” The Balemangu Design Award 2011” yang akan melombakan Desain Produk Meja, Kursi dan Cinderamata Berbasis Ramah Lingkungan

Kamis, 20 Oktober 2011

Merunut Kejayaan Batik Giriloyo


Masih setia Membatik...
Asal usul tradisi batik di wilayah Yogyakarta dimulai sejak masa kerajaan Mataram Islam pada paruh keempat abad 16 yang pusatnya terletak di seputaran kawasan Kotagede dan Plered. Namun, masih terbatas dalam lingkungan keluarga kraton yang dikerjakan oleh wanita-wanita abdi dalem. Pada perkembangannya, tradisi batik meluas ke kalangan kraton lainnya, yakni istri para abdi dalem dan prajurit. Ketika rakyat mengetahui keberadaan kain bercorak indah tersebut, lambat laun mereka menirunya dan tradisi batik pun mulai tersebar di masyarakat. Desa-desa yang berdekatan dengan makam raja-raja Giriloyo ini, lebih dari seabad lalu memiliki perempuan perajin batik yang andal. Berdasarkan buku Out Of Indonesia, Collaborations of Brahma Tirta Sari, tingginya kebutuhan kalangan keraton akan busana-busana upacara berupa batik tulis buatan tangan membuat sentra kerajinan ini terus berkembang pesat (Kompas, 1 November 2005).

Usaha Batik Giriloyo yang tradisinya sudah berjalan sejak lebih dari seabad lalu berkembang makin pesat pada tahun 1960 – 1970 an. Bahkan, hingga awal tahun 2002 pun masih cukup banyak wisatawan yang datang dan memenuhi sentra-sentra batik yang tersebar di Desa Wukirsari dan Desa Girirejo. Usaha melestarikan dan memasarkan potensi batik ini tetap berlangsung hingga pada  2008 dibentuklah Paguyuban Batik Giriloyo Wukirsari, Imogiri, Bantul. Keberadaan Paguyuban Batik Giriloyo yang didukung penuh oleh beberapa LSM serta pemerintah daerah ini diharapkan bisa meningkatkan taraf kehidupan perajin dan menumbuhkan motivasi generasi muda untuk belajar membatik. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul  memasukkan Pelajaran Batik ke dalam kurikulum-Mulok pada Sekolah  Dasar.
Seiring langkah para pengrajin di tengah-tengah Paguyuban Batik Giriloyo, terutama setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), usaha kerajinan batik ini semakin menurun. Harga bahan baku batik tulis pun mengalami kenaikan. Harga kain mori yang sebelumnya di bawah Rp 25.000 naik menjadi Rp 40.000 per lembar. Harga malam (lilin) juga mengalami kenaikan dari sekitar Rp 11.000-an/Kg menjadi Rp 25.000-an/Kg. Para pengrajin/ pengusaha batik di Giriloyo yang masih bertahan hingga kini mengeluh,  mengaku tidak bisa menaikkan harga jual batik tulis produksinya karena dikhawatirkan bisa merusak pasar, yang selain melayani pasar lokal D.I. Yogyakarta juga melayani pasar luar negeri, terutama Jepang.

Jika ditengok kembali, usaha kerajinan Batik Giriloyo memang memiliki prospek yang cukup bagus untuk dikembangkan. Di sini ada cukup banyak sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan membatik secara turun-temurun. Mereka pada dasarnya memang suka membatik dan memiliki minat untuk mengembangkan diri, misalnya ingin belajar pewarnaan atau melakukan eksplorasi membatik dengan media selain kain. Tingkat kreativitas para perajin itu didukung oleh sikap berpikiran positif. Secara umum, para perajin Batik Giriloyo tidak mengeluhkan kondisi mereka pasca gempa.
Motif Kontemporer dengan Warna Alam
Namun, di balik itu tetap ada beberapa hal yang harus mendapatkan perhatian khusus dalam mengembangkan kerajinan batik, terutama kurangnya minat generasi muda untuk menggeluti usaha kerajinan batik. Penghasilan dari usaha pengrajin Batik Giriloyo ini yang tidak memadai dan tidak cepat membuat para pemuda lebih tertarik untuk bekerja di kota. Selain masalah tenaga kerja muda, masalah modal dan pemasaran juga menjadi masalah utama. Modal kerajinan yang berjalan saat ini praktis hanya dimiliki oleh pengusaha Batik Giriloyo yang mengadakan kain, sedangkan para perajinnya sama sekali tak memiliki modal selain tenaga membatik. Setelah karya batik selesai pun tidak diikuti oleh strategi pemasaran yang kuat. Kebanyakan batik yang dijual pengrajin Batik Giriloyo pun masih setengah selesai, yaitu hanya sampai proses nyerat (membuat motif). Proses selanjutnya tergantung pada para pengumpul atau para pengusaha batik yang bisa menyelesaikan prosesnya hingga menjadi batik siap pakai/jual. Salah satu hal yang jarang mendapatkan pengamatan adalah kemampuan branding Batik Giriloyo. Menurut Ibu Suli, motif batik Giriloyo bukan motif yang biasa dipakai oleh priyayi (bangsawan), sehingga harganya lebih rendah daripada batik bermotif Yogyakarta atau Surakarta. Padahal, kualitas kehalusan kain batik Giriloyo setara. Dengan kata lain, masyarakat konsumen batik pun masih belum memiliki apresiasi yang cukup terhadap batik Giriloyo.

Rabu, 19 Oktober 2011

Warna Naptol


Kadang kita bingung bagaiman caranya mencari suatu warna yg kita kehendaki. Ada pula yang karena sibuk dan tidak sempat mencoba mencari sndiri. Biasanya para pemula yang menghendaki warna tertentu berusaha menanyakan kepada orang yang berpengalaman. Namun kadang yang ditanya tidak mau memberikan keterangan sesuai dengan apa yang ia kehendaki. Banyak di antara mereka yang tidak mau memberikan informasi tentang resep2 pewarnaan textile maupun kriya textile batik karena mereka beranggapan hall tersebut adalah merupakan rahasia perusahaan.
Sebenarnya masalah resep pewarnaan bukanlah masalah yang sulit, yang penting kita tahu dasar-dasarnya, jika kita tahu dasar-dasarnya tersebut maka kita dapat mencari setiap warna yang kita cari. Misalnya: untuk mencari warna coklat atau soga dari zat warna Naptol, maka kita harus tahu jenis Naptol mana yang memberi warna dengan arah coklat. Yuk kita simak bersama-sama:
1.      Naptol As-LB .---à dengan segala jenis Garam memberikan warna kea rah coklat, dari coklat kuning hingga coklat kehitaman.
2.      Naptol As- G ----à dengan emua jeinis Garam memberikan warna kuning kecoklatan, dari kuning muda sampai merah tua.
3.      Untuk merubah arah warna, dapat dipakai Naptol netral, seperti Naptol AS-D, Naptol AS-BO dan sebagainya yang arah warnanya tergantung pada Garam yang dipakai sebagai pembangkitnya..
4.      Bila dianggap perlu dapat ditambahkan zat warn soga kopel, di mana dengan semua jenis Garam member warna kea rah coklat. Penambahan Soga kopel kecuali untuk menghidupkan warna sesbagai merendahkan kalkulasi karena warna soga lebih murah daripada Naptol. Contoh:
-          kita menghenddaki soga coklat kekuningan, maka kita buat campuran atau resep celupan/1 liter  sebagai berikutà
-           2 gram Naptol AS-G + 05 gram Naptol AS-LB + 2.5 gram Kostik soda + air panas dan sedikit TRO untuk melarutkan
-          Pembangkit Warnanya adalah :
-          5 gram Kuning GC
-          2 gram Garam R
-          2 gram Garam GG
-          1 gram Garam Violet B.
Pada ampuran di atas Naptol AS-G dan Naptol As-LB keduanya memberikan warna ke arah coklat, karena Naptol AS-G lebih besar dari pada Naptol AS-LB maka warnanya lebih kea rah kuning.
Campuran Garam dalam resep ini sebagai pengarah warna coklat-kekuningan, tetapi peranannya tidak menonjol karena Naptol yang dibangkitkan bukan Naptol Netral.
Itulah garis pokok cara mencari suatu warna dari zat warna Naptol jadi dalam campuran tersebut  adalah membelokkan arah warna dengan menambahkan beberapa warna sehingga hasil campuran tersebut menjadi suatu warna yang kita kehendaki…

Batik Tulis GIRILOYO