Minggu, 07 Juni 2020

Fase New Normal dan Sebuah Kehawatiran


Pada saat ini bangsa Indonesia telah dihebohkan dengan istilah baru yaitu "new normal" atau "normal baru". 

Pemberlakukan new normal ini merupakan langkah yang berani mengupayakan untuk sosialisasi terus menerus. Dengan harapan konsep "New Normal' ini bisa mengakar dan akhirnya seluruh warga Indonesia siap dan bersedia melakukannya. Sampai akhirnya bisa ditemukan vaksin aktif yang bisa mematikan virus covid 19 ini.  

Tapi pertanyaannya siapkah kita dengan "New Normal" yang akan kita masuki ini segera? karena disisi lain ada kekhawatiran banyak pihak, terutama orangtua siswa dan praktisi pendidikan. 

Pasalnya ketika pemerintah tengah mengupayakan untuk konsep new normal bagi dunia pendidikan kita, ada banyak suara-suara yang masuk ke pemerintah dengan adanya rencana ini, yang nadanya sangat jelas menolak jika sekolah dibuka kembali. 

Ketika diberlakukan "new normal" ini tentukan akan memberikan efek yang luar biasa terhadap kebijakan pemerintah terhadap beberapa hal, antara kondisi perekonomian yang harus berjalan dan lain sebagainya. Dilain pihak, orangtua sebagai "pemilik" anak-anak yang sekolah akan banyak mengkhawatirkan kebijakan ini. Apalagi beberapa waktu yang lalu Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman B Pulungan menolak keras rencana sekolah kembali di buka dalam skema new normal. 

Ia menyebut 1 juta anak bisa meninggal jika mereka dibiarkan sekolah dalam waktu dekat.
Hal itu disampaikan oleh Aman saat menjadi pembicara dalam acara Kabar Siang yang disiarkan di TVOne, Selasa (2/6/2020). Aman mendesak pemerintah untuk tidak mengeluarkan kebijakan membuka kembali sekolah hingga akhir 2020.
"Kita didiklah anak kita di rumah dulu. Kita tunggu sampai 2020, bersabarlah dulu," kata Aman seperti dikutip Suara.com, Rabu (3/6/2020).

Bayangkan saja, ketika sekolah memiliki siswa 1000 orang, maka akan meninggal dunia 10 orang. Padahal dalam ilmu kedokteran, satu nyawa anak sangat berharga. Ia menentang keras sekolah dibuka dalam waktu dekat.
"Akan ada satu juta yang meninggal. 

Saya tidak setuju, anak siapa yang akan meninggal, bagi kami dokter anak Indonesia, satu anak meninggalpun tidak boleh," ungkapnya.
Melihat kondisi ini, menurut hemat penulis dan sebagai orangtua, pemerintah harus bersabar dengan kondisi ini dan tidak memberlakukan "new normal" ini pada sekolah atau madrasah, karena sangat berbahaya. 

Lalu bagaimana sekolah atau madrasah yang berasrama?
Saat ini, sebagian besar pondok pesantren atau madrasah berasrama telah memulangkan santri dan siswanya kepada orangtua walaupun disisi lain masih banyak orangtua yang tetap yakin dan percaya terhadap kondisi kesehatan anak selama di asrama dan sebagian lagi justru mengkhawatirkan kondisi anak-anaknya selama hidup di asrama

Lalu bagaimana sekolah atau madrasah yang berasrama?
Saat ini, sebagian besar pondok pesantren atau madrasah berasrama telah memulangkan santri dan siswanya kepada orangtua walaupun disisi lain masih banyak orangtua yang tetap yakin dan percaya terhadap kondisi kesehatan anak selama di asrama dan sebagian lagi justru mengkhawatirkan kondisi anak-anaknya selama hidup di asrama.
akhirnya, kita berharap pemerintah terus mengkaji ulang pemberlakuan new normal in sekali lagi demi pendidikan dan generasi emas yang akan datang. 


Pagebluk Covid-19 Berdampak Terhadap Perekonomian Masyarakat.


Banyak pelaku bisnis UKM yang kesulitan untuk mencapai target-target yang harus dicapai saat perekonomian nasional terganggu akibat Corona. Selain kesulitan mencapai target tertentu, pelaku bisnis biasanya urung melakukan ekspansi.
Meraba segala macam kemungkinan yang kiranya masih bisa diterapkan. Inovasi dan kreatif. Selain membuat bisnis tetap bertahan namun juga bantu memenuhi kebutuhan masyarakat. Contoh paling sederhana adalah kebutuhan APD yang sekiranya bisa diproduksi UKM seperti  Faceshield, masker dari kain batik, dan yang lainnya.
APD sederhana ini (masker) saat ini sangat dibutuhkan oleh semua masyarakat. Ini peluang yang menjanjikan di saat kondisi seperti sekarang.
Tuliswanti, produsen batik jumputan yang berdomisili di Celeban Yogyakarta pun melihat peluang itu. Melihat  kondisi pasar batik begitu lesu, terlebih lagi itu premium dan agak sulit kalau dipaksakan. “saya harus mulai hitung-hitungan, situasi ini tiddak bisa diprediksi kapan akan kembali menggeliat” keluh Tuliswati memelas.
Memproduksi masker kain batik jumputan, dengan memanfaatkan perca dari sisa potongan pembuatan busana. Dalam produksinya tetap memperhatikan prosedur kesehatan.
Masker buatan Tuliswati dijual dengan harga terjangkau namun masih mengutamakan kualitas terbaik. Tuliswati memberi label sebagai masker jumputan modis. Sesua dengan nama brand usahanya “Dea Modis” Sebab, tetap melihat dari sisi estetika fesyen.
Kuliner Sebagai Alternatif
Anindya Praba Mutiara, pemilik usaha Mutiara Batik sebelumnya memutuskan tetap menjalani produksi fesyennya karena mendekati masa libur lebaran.
Tak berapa lama, Mutiara merasa kondisi pasar tak memungkinkan untuk tetap dipertahankan. Galeri Mutiara Batik terapksa harus tutup karna tak ada satu konsumen pun yang datang membeli.
Kebetulan Mutiara punya hobi memasak. Akhirnya punya inisiatif untuk buka usaha baru di bidang kuliner untuk menopang hidup di saat krisis Covid-19. Sebab bagaimanapun dan dalam kondisi apapun setiap orang butuh makan.
Mutiara membuka warung soto sapi di jalan Giriloyo – Singosaren. Sebelah utara makam Sultan Agung Pajimatan Imogiri. Hasilnya pun lumayan, dalam sehari bisa terjual sekitar 200an porsi.
Saat pandemi covid-19, dirasakan banyak orang soal kesulitan ekonomi dan tidak bisa berbuat apa-apa. Layaknya katak dalam tempurung. Tapi kita harus percaya bahwa tak ada hal tidak mungkin. Di mana ada kemauan maka di situ ada jalan. Di mana ada keulian, di situ ada kemudahan.
Cuma yang perlu difikirkan adalah bagaimana caranya kita bisa menemukan jalan tersebut. Di sinilah dibutukan sebuah kreatifitas dan ide serta kemauan untuk mencoba.
Pengalaman berbeda diungkapkan oleh Yulianto. Kebetulan dia teman main saya di Forkom Desa Wisata Bantul. Selain aktif di pariwisata, dia juga mempuyai profesi sebagai master of ceremony (MC), dan mempunyai usaha kerjinan batik kayu untuk souvenir di dusun Kerebet, Pajangan, Bantul, Yogyakarta.
Dia pun merasakan keresahan karna pandemi covid-19 ini. Kemudian merambah bisnis kuliner saat ini. Banyak job MCnya dicancel. Praktis tak ada giat untuk finansial.
Menyadari betapa kondisi sekarang masih tak memungkinkan untuk leluasa beraktivitas di luar, Yulianto memutuskan mencari kegiatan lain yang bisa dia lakukan di rumah.
Niat baik InsyaAllh hasilnya baik, dia bikin ingkung ayam kampung. Awalnya bersama seorang teman, mereka membuat wedang “gendheng”. Sebuah minuman yang terbuat dari berbagai rempah lokal. Namun karena temannya ada kesibukan, Yulianto mencari alternatif lain yang bisa dia jual sendiri, yaitu ingkung ayam kampung.
Ingin lebih serius, Yulianto mencari partner marketing yang bisa diajak kerja sama. Ponakannya merekomendasikan kakak dari temannya yang pintar masak. Dilakukan test food  kemudian berjodoh-cocok. Kemudian berpikir untuk membentuk branding supaya gampang dikenal halayak dan famelier. Tercetuslah sebuah brand Ingkung “Mbok Rembun”. Dan sudah berjalan sejak awal Ramadhan bulan lalu.
Tak melulu terpaku dengan jualan, tapi lebih ke kegiatan. Yulianto pun menekuni media digital dengan mengupdate chanel akun Youtubnya yang beberapa tahun belakangan ditingalkan karna terlalu padanya scedul di bidang Mc.
Dalam sehari biasanya 50 porsi ingkung ayam kampung ludes terjual. Menjalani bisnis demi. Beberapa orang pun turut menyampaikan padanya bahwa makanan yang dijual cukup terjangkau. Dia ingin semua orang bisa menikmatinya.
Bicara pekerjaan dan bisnis, Yulianto berusaha membuatnya seimbang. Kegiatan MC-nya yang terhenti sementara karena banyak acara ditunda, tak membuatnya patah arang. Dia percaya, akan selalu ada gantinya dan di bisnis kuliner ini dia rasakan.  “Seandainya pandemi berakhir pun, saya ada keinginan meneruskan bisnis ini. Justru ingin buka warung karena saya sudah punya tim yang hebat di dapur dan suatu hari bisa dikembangkan lagi,” ungkap Yulianto secara virtual.
Covid-19 banyak memberi pelajaran bagi kita untuk berusaha mengubah pola hidup dan tidak mengikuti gaya hidup orang lain. Apalagi bagi yang sudah berkeluarga, tentu tidak lagi hanya memikirkan kebutuhan diri sendiri namun juga memikirkan kebutuhan keluarga.
Tidak stabilnya kondisi ekonomi di Indonesia ternyata juga berdampak pada usaha kita. Ketidakstabilan ekonomi yang terjadi terus menerus juga terkadang membuat kita merasa resah dan cemas.
itulah beberapa kegiatan alternatif yang kemudian menjadi pokok yang dilakukan teman teman di atas sebagai ilustrasi betapa pentingnya sebuah kretaifitas dan inovasi bisnis baru untuk mengcover keadaan di masa pandemi covid-19.

Batik Tulis GIRILOYO