Rabu, 05 September 2012

Kreasi Batik Geometris Persembahan Guruh*)

 Batik selama ini dikenal memiliki beragam motif seperti motif hayati dan lambang yang sarat filosofi . Tapi, motif batik tidak hanya berhenti dengan corak leluhur. Dalam kreasinya, Guruh Soekarno Putra memperkenalkan batik dalam motif persegi empat layaknya pakaian kasual. Koleksi busana tersebut dipamerkan dalam acara Penutupan Ramadan dan Idul Fitri 1433 H di Grand Indonesia, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Menurut Guruh , upayanya mengembangkan batik, selain untuk melestarikan nilai-nilai seni warisan nenek moyang juga untuk menjadikan Indonesia pelopor dan bagian dari peradaban dunia. Seniman yang dikenal sebagai pencipta lagu dan tarian itu membuat kreasi batik yang terinspirasi dari motif kawung. Busana-busana batik hasil karyanya itu tidak saja ditujukan untuk kaum pria, tetapi juga bagi kaum perempuan.
Guruh sengaja memilih corak modern dengan kesan atraktif supaya pakaian tidak dipandang ketinggalan zaman. Untuk busana laki-laki, dia lebih memilih desain kemeja karena desain tersebut dianggap lebih membumi dan secara umum tidak terkesan janggal. Adapun kemeja yang ditampilkannya berbentuk kemeja lengan panjang dan lengan pendek.

Busana batik lengan panjang tersebut ditujukan untuk acara-acara resmi, sementara batik berlengan pendek cocok dikenakan untuk menghadiri acara-acara yang sifatnya lebih santai. Meski kemeja lengan panjang terbilang desain yang umum, Guruh tetap memberikan sentuhan berbeda pada hasil karyanya. Seniman yang membuka gerai batik di tempat tinggalnya, Jalan Sriwijaya Raya No 26, Jakarta, itu tidak membiarkan lengan panjang turun sekadar mencapai ujung tangan.

Dia mengkreasikan tampilan dalam bentuk tekukan yang tidak teratur serta kemeja yang tidak sepenuhnya masuk ke dalam celana. Di sisi lain, dia juga tetap mengeluarkan koleksi dalam tampilan yang rapi dengan potongan busana yang tidak terlalu ketat. Kemeja batik semakin mengungkapkan karakter khas laki-laki saat dipadukan dengan celana gombrang atau pipa dari bahan denim.


Guruh juga tidak membiarkan celana-celana tersebut tampil polos hanya mengandalkan warna. Dia tetap mengaplikasikan motif batik pada celana-celana itu. Pria yang pernah mengeksplorasi batik dalam kain sutra, katun, poliester, beludru, tenun, dan goni itu menyandingkan batik dengan celana kargo yang dikenal sebagai celana untuk aktivitas luar. Hasilnya, kemeja dan celana batik nyatanya tetap dapat berpadu harmonis dalam warna-warna alam.

Warna Terang
Untuk koleksi busana perempuan, Guruh mengeluarkan koleksi dalam bentuk terusan pendek. Berbeda dengan koleksi pakaian laki-laki yang didominasi warna-warna cokelat dan hijau, koleksi pakaian perempuan muncul dalam warnawarna terang, seperti merah maupun hijau terang. Pada koleksi busana perempuan tersebut, batik selain ditampilkan dalam bentuk persegi, dipadukan dengan motif bunga sehingga terkesan lebih semarak. Busana-busana itu dibuat dari bahan poliester serta sutra Thai.

Sejumlah koleksi busana batik yang ditampilkan Guruh memang terbilang menarik. Oleh karena itu, tidak heran jika pria yang telah membatik sejak duduk di bangku SMP itu berharap batik bisa menjadi busana yang tidak kalah trendi dibanding dengan busana-busana dari luar negeri, khususnya Barat.

Guruh tidak memungkiri bahwa sebagian masyarakat Indonesia masih memandang tren busana selalu identik dengan dunia Barat. "Tidak heran jika orang Indonesia baru bersedia memakai batik setelah busana itu dipakai turis asing," ujar dia. Guruh lantas memberi contoh, batik lawasan yang terkesan belel menjadi tren setelah pakaian tersebut dikenakan para turis di Bali sebagai busana sehari-hari.

Nah, melalui inovasi motif, Guruh berharap batik, juga kain-kain tradisional lainnya, memperoleh tempat di negeri sendiri, bahkan di luar negeri, seperti halnya kain sari dari India yang sudah mendunia. Perlunya pengembangan inovasi motif tersebut disetujui pula oleh mantan menteri negara pemberdayaan perempuan, Muthia Farid Hatta Swasono.

Dia mengatakan batik tidak sekadar kain panjang. "Dengan adanya perkembangan motif, pakaian batik pun dapat menjadi tren," tutur Muthia saat ditemui seusai pergelaran busana. Muthia mengaku menggemari batik sebagai busana sehari-hari yang dia kenakan di berbagai kesempatan."Setiap hari saya mengenakan batik," kata dia.

Batik yang menjadi favoritnya adalah batik Cirebon atau batik yang memiliki warna terang. Perempuan yang telah menggemari batik sejak 1970 itu dan setiap Lebaran memakai batik itu beralasan batik-batik berwarna terang mampu menghidupkan suasana. dini daniswari
*)  >>>> http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/99623

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thank's For You Visit...

Batik Tulis GIRILOYO