Banyak pelaku bisnis UKM yang kesulitan untuk mencapai
target-target yang harus dicapai saat perekonomian nasional terganggu akibat
Corona. Selain kesulitan mencapai target tertentu, pelaku bisnis biasanya urung
melakukan ekspansi.
Meraba segala
macam kemungkinan yang kiranya masih bisa diterapkan. Inovasi dan kreatif.
Selain membuat bisnis tetap bertahan namun juga bantu memenuhi kebutuhan
masyarakat. Contoh paling sederhana adalah kebutuhan APD yang sekiranya bisa
diproduksi UKM seperti Faceshield,
masker dari kain batik, dan yang lainnya.
APD
sederhana ini (masker) saat ini sangat dibutuhkan oleh semua masyarakat.
Ini peluang yang menjanjikan di saat kondisi seperti sekarang.
Tuliswanti,
produsen batik jumputan yang berdomisili di Celeban Yogyakarta pun melihat
peluang itu. Melihat kondisi pasar batik
begitu lesu, terlebih lagi itu premium dan agak sulit kalau dipaksakan. “saya
harus mulai hitung-hitungan, situasi ini tiddak bisa diprediksi kapan akan
kembali menggeliat” keluh Tuliswati memelas.
Memproduksi
masker kain batik jumputan, dengan memanfaatkan perca dari sisa potongan
pembuatan busana. Dalam produksinya tetap memperhatikan prosedur kesehatan.
Masker
buatan Tuliswati dijual dengan harga terjangkau namun masih mengutamakan
kualitas terbaik. Tuliswati memberi label sebagai masker jumputan modis. Sesua
dengan nama brand usahanya “Dea Modis” Sebab, tetap melihat dari sisi estetika
fesyen.
Kuliner
Sebagai Alternatif
Anindya
Praba Mutiara, pemilik usaha Mutiara Batik sebelumnya memutuskan tetap
menjalani produksi fesyennya karena mendekati masa libur lebaran.
Tak
berapa lama, Mutiara merasa kondisi pasar tak memungkinkan untuk tetap
dipertahankan. Galeri Mutiara Batik terapksa harus tutup karna tak ada satu
konsumen pun yang datang membeli.
Kebetulan
Mutiara punya hobi memasak. Akhirnya punya inisiatif untuk buka usaha baru di
bidang kuliner untuk menopang hidup di saat krisis Covid-19. Sebab bagaimanapun
dan dalam kondisi apapun setiap orang butuh makan.
Mutiara
membuka warung soto sapi di jalan Giriloyo – Singosaren. Sebelah utara makam
Sultan Agung Pajimatan Imogiri. Hasilnya pun lumayan, dalam sehari bisa terjual
sekitar 200an porsi.
Saat pandemi covid-19, dirasakan banyak orang soal
kesulitan ekonomi dan tidak bisa berbuat apa-apa. Layaknya katak dalam
tempurung. Tapi kita harus percaya bahwa tak ada hal tidak mungkin. Di mana ada
kemauan maka di situ ada jalan. Di mana ada keulian, di situ ada kemudahan.
Cuma yang perlu difikirkan adalah bagaimana caranya kita
bisa menemukan jalan tersebut. Di sinilah dibutukan sebuah kreatifitas dan ide
serta kemauan untuk mencoba.
Pengalaman
berbeda diungkapkan oleh Yulianto. Kebetulan dia teman main saya di Forkom Desa
Wisata Bantul. Selain aktif di pariwisata, dia juga mempuyai profesi sebagai master of ceremony (MC), dan mempunyai
usaha kerjinan batik kayu untuk souvenir di dusun Kerebet, Pajangan, Bantul,
Yogyakarta.
Dia pun merasakan
keresahan karna pandemi covid-19 ini. Kemudian merambah bisnis kuliner saat
ini. Banyak job MCnya dicancel. Praktis tak ada giat untuk finansial.
Menyadari
betapa kondisi sekarang masih tak memungkinkan untuk leluasa beraktivitas di
luar, Yulianto memutuskan mencari kegiatan lain yang bisa dia lakukan di rumah.
Niat
baik InsyaAllh hasilnya baik, dia bikin ingkung ayam kampung. Awalnya bersama
seorang teman, mereka membuat wedang “gendheng”. Sebuah minuman yang terbuat
dari berbagai rempah lokal. Namun karena temannya ada kesibukan, Yulianto mencari
alternatif lain yang bisa dia jual sendiri, yaitu ingkung ayam kampung.
Ingin
lebih serius, Yulianto mencari partner marketing yang bisa diajak kerja sama. Ponakannya
merekomendasikan kakak dari temannya yang pintar masak. Dilakukan test food kemudian
berjodoh-cocok. Kemudian berpikir untuk membentuk branding supaya gampang dikenal
halayak dan famelier. Tercetuslah sebuah brand Ingkung “Mbok
Rembun”. Dan sudah berjalan sejak awal Ramadhan bulan lalu.
Tak
melulu terpaku dengan jualan, tapi lebih ke kegiatan. Yulianto pun menekuni
media digital dengan mengupdate chanel akun Youtubnya yang beberapa tahun
belakangan ditingalkan karna terlalu padanya scedul di bidang Mc.
Dalam
sehari biasanya 50 porsi ingkung ayam kampung ludes terjual. Menjalani bisnis
demi. Beberapa orang pun turut menyampaikan padanya bahwa makanan yang dijual
cukup terjangkau. Dia ingin semua orang bisa menikmatinya.
Bicara
pekerjaan dan bisnis, Yulianto berusaha membuatnya seimbang. Kegiatan MC-nya
yang terhenti sementara karena banyak acara ditunda, tak membuatnya patah
arang. Dia percaya, akan selalu ada gantinya dan di bisnis kuliner ini dia
rasakan. “Seandainya pandemi berakhir pun, saya ada keinginan
meneruskan bisnis ini. Justru ingin buka warung karena saya sudah punya tim
yang hebat di dapur dan suatu hari bisa dikembangkan lagi,” ungkap Yulianto
secara virtual.
Covid-19
banyak memberi pelajaran bagi kita untuk berusaha mengubah pola hidup dan tidak
mengikuti gaya hidup orang lain. Apalagi bagi yang sudah berkeluarga, tentu
tidak lagi hanya memikirkan kebutuhan diri sendiri namun juga memikirkan
kebutuhan keluarga.Tidak stabilnya kondisi ekonomi di Indonesia ternyata juga berdampak pada usaha kita. Ketidakstabilan ekonomi yang terjadi terus menerus juga terkadang membuat kita merasa resah dan cemas.
itulah beberapa kegiatan
alternatif yang kemudian menjadi pokok yang dilakukan teman teman di atas
sebagai ilustrasi betapa pentingnya sebuah kretaifitas dan inovasi bisnis baru
untuk mengcover keadaan di masa pandemi covid-19.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Thank's For You Visit...